Selasa, 17 Oktober 2017

An English Lit Student's Story (Belajar Apa di Sastra Inggris?)

I'd never imagined once that I would end up being in a Literature major. My father and I always made a plan on medical studies or law as the second option (as my father was a policeman that he suggested me to go to law school eventho I always refused it)... Eventually, I went to medical school for two semesters, and decided to quit due to some personal reasons. In the end, in 2014, I entered English Literature Department.

Most of people kalau udah dengar kata Sastra Inggris pasti yang terlintas di benak mereka pasti ujungnya jadi guru Bahasa Inggris. But, I will tell you that Sastra Inggris dan Pendidikan Bahasa Inggris itu is a completely different major. Apa yang dipelajarin di Sastra Inggris kebanyakan gak dipelajarin di Pendidikan Bahasa Inggris dan begitu juga sebaliknya.

English Literature is more likely to learn culture and society meskipun disini juga dipelajarin linguistics in terms of English. When I chose English Lit, what in my mind was, yah kita bakalan belajar grammar atau berbagai macam teks in order to be able to write and communicate well in English. It never crossed in my mind at all that the lessons would mainly about budaya, sejarah, teori kehidupan, filsafat dsb. 

Awal semester dulu rasanya masih damai dan sejahtera karena semuanya masih dasar. Kadang malah suka seneng sendiri karena tugas sedikit and were too easy to finish. Setahun di FK dengan segudang tugas, hapalan, dan praktikum made me a little bit surprised sama tahun pertama di English Lit department. Di Eng Lit kalau udah pulang kuliah yah gak ada beban, gak perlu mikirin hapalan, jurnal, logbook, apalagi praktikum. Pokoknya tahun pertama serba santai...

Sampai akhirnya masuk semester III dan here the hectic begins. English Literature is not as easy as I ever imagined. Mata kuliahnya udah aneh-aneh dan gak bakalan ada sangkut pautnya sama mata pelajaran pas SMA (mungkin karena SMA-nya di Indonesia)... Sejarah bangsa Inggris mulai diperkenalkan berikut para Raja/Ratu-nya dan kisah sejarah mereka which is more like a fairy tale than a history dari zaman dulu sampai zaman sekarang. Belum lagi hal-hal linguistik seperti fonologi dkk yang kalau dipikir-pikir agak kurang kerjaan. Tapi yah namanya juga ilmu...

Ada juga mata kuliah yang dosennya kerjaannya cerita tentang sejarah dunia beserta filsafat akan hidup ini. Kemudian, poems, drama, short story, dan novels pun diperkenalkan... We're quite familiar with tokoh-tokoh seperti Hemingway, Shakespeare, Hardy, Dickens, Bronte, Browning dkk yang hidup di masa lampau. You'll be asked to read poems, plays, short stories, or novels in order to finish your weekly essays.

Essai-nya bukan resensi dari bacaan-bacaan itu, sama sekali bukan :(
You'll be asked to take one aspects based on your readings, internal or external. Misalnya bahas short story karya Hemingway yang The Old Man and the Sea dari segi symbols yang terdapat di dalam karya tsb. Simbol-simbol dalam karya itu maksudnya apa, dan kenapa dia buat kayak gitu...

Ada juga ketika membahas the old and famous literary work yang dimiliki Inggris judulnya Beowulf. Teks Beowulf doesn't use English that you know nowadays, teksnya pake Old English yang completely different with modern english. So, my lecturer gave us the copy of Beowulf yg harus diterjemahkan lebih dulu ke English modern (you can imagine how frustrated). Shakespeare juga gitu, naskah Romeo and Juliet yang dipelajarin ditulis dalam dua model bahasa Inggris. Mid English and modern English...

Talk about Shakespeare, mungkin in your mind kita bakalan berperan dalam drama gitu trus ditampilkan di depan. Sayangnya tidak seseru itu... Salah satu karya Shakespeare yang kami bahas pastinya the famous Romeo and Juliet. You read the script, and you take one problem represented in this work. Waktu itu aku ambil judul tentang reckless-nya sikap remaja dalam hal percintaan. So, I made my paper talking about that dan harus ditunjukkan kenapa Romeo and Juliet ada hubungannya sama hal tsb. Kalau sering baca cliffnote atau sparksnote, you'll understand what I mean...

Semakin tinggi semesternya, semakin complicated. I found out myself being so devastated kalau udah midterm weeks dan pas UAS. Emang sih kebanyakan ujiannya take home assignment, dan ke kampus pas UTS dan UAS cuman buat ngumpulin tugas dan ttd absen. But, tugasnya itu gak semudah yang dipikirkan dan gak bakal mungkin buat copy-paste. You have to read the novels given, find out the problems in order to write your own essays. Mostly sih tentang problematika hidup yang digambarkan karakternya. Contohnya kayak materialism, feminist, existence of God, sosio-kultural, discrimination, cross-cultural, dll lah.. Thus, gak bakalan cukup baca novelnya aja kalau gak baca sejarah penulisnya atau kejadian di tahun ybs.

Itu tadi soal mata kuliah sastra-nya, kalau linguistik beda lagi. Linguistik masuk kategori ilmu pasti dan beberapa bahkan ada rumusnya :') Pembahasannya itu menganalisis dari hal terkecil bahasa yaitu sound (phonology) sampe hal kompleks seperti discourse analysis.. Ada juga tentang how you acquire language, atau the relations between language and your mind alias Psycholinguistics. You'll learn why only human can acquire language, how you acquire it, dll which are so complicated but cool. Yeah, science is cool... 

Oh, and about grammar. In English Literature you'll find out two different types of grammar. Present Tense dkk itu dianggap udh dikuasain dan you'll be introduced to the great complication called SFL (Systemic Functional Grammar). This is so frustrating dan sampe sekarang I still don't get it why Halliday nyiptain teori SFL-nya itu (eventho my discourse analysis lecturer mati-matian belain si Halliday dan SFL-nya) XD

The point is, in English Literature juga you will learn mostly about life. You will learn how complicated this world is and how you should behave. How great human is and how our mind is a complete universe. And, yang terpenting adalah kenyataan bahwa segala aspek ilmu itu gak ada yang sepele. Mungkin mostly people think, entar ambil sastra mau kerja jadi apa? Atau, oh sastra gak ada apa-apanya lah dibandingkan kedokteran... Nope. I've been in medical school and now I'm in literature. Setiap ilmu berbeda dan berharga, gak ada yang useless. You can't define a person or judge a person's future berdasarkan ilmu yang didalaminya. Masalah pekerjaan itu tergantung sama keseriusan kita dalam mempelajari dan memperjuangkan sesuatu. Lagipula, Allah yang mengatur segalanya, bukan jurusan kuliah..

So, love yourself and be thankful on where you're now. It's not your major that defines you as a person, it's your attitudes towards people. Jangan sepele akan ilmu apapun because you know nothing. Hanya Allah Yang Maha tahu.

Cheers!! LACxx